Share By. ARIF BUDI UTOMO
Kajian
ini dimaksudkan untuk menambah khasanah keilmuan. Kembali ingin disampaikan
bahwa kajian ini (hanya) untuk memudahkan pemahaman atas jalan IHSAN.
Sebagai upaya diri untuk menambah ke IMAN an dari keimanan yang sudah ada. Agar
kita mampu menjalankan syariat ISLAM dalam keyakinan yang utuh. Semoga.
+++
Mengupas
kembali pemahaman memasuki rangkain demi rangkaian pembelajaran. Mencoba
memadukan pesan-pesan pada simbol-simbol yang terbaca pada al qur an.
Menjawab pertanyaan“Kemanakah muaranya jalan kehidupan manusia?” Sebuah
rangkain siklus alam semesta, siklus yang hadir dalam pemahaman manusia. Di
mulai dari siklus rantai makanan, siklus air dan hujan, siklus oksigen dan karbondioksida,
dll. Hingga siklus kelahiran dan kematian. Adalah sebuah rangkian siklus
KEHIDUPAN. Siklus yang sepertinya terus menjadi misteri peradaban dan tak
pernah usai di gali. Peradaban demi peradaban, kelahiran demi kelahiran,
kematian demi kematian. Generasi silih berganti, dan setiap manusia terlahir
dengan pertanyaan yang sama.Tidak peduli apa warna kulit mereka.
Saat mana manusia mempertanyakan
hakekat kehidupannya. Di saat itulah banyak pilihan pemahaman, dan banyak
jalan-jalan yang ditawarkan, disamping juga banyak pemikiran yang
menjadi pilihannya. Pilihan yang selalu menimbulkan persoalan tersendiri.
Pemahaman manusia atas kehidupan yang mengacu kepada pemikiran manusia melalui
logika dan rasionalitas telah melahirkan kutub-kutub pertentangan.
Penggunaan parameter yang salah dalam mengukur hakekat HIDUP telah menjebak
minset manusia. Ketika keadaan ini terjadi manusia kemudian sulit keluar dari
‘Box’. Menjadikan manusia gamang sendiri manakala dihadapkan kepada
pilihan-pilihan HIDUP nya.
Persoalannya adalah bagaimanakah
keadaan manusia saat menentukan pilihan jalan hidup, apakah dalam KEYAKINAN
ataukah dalam KERAGUAN? Persoalannya adalah jalan manakah yang paling baik?
Manusia akan selalu mempertanyakan kebenaran jalan yang ditempuh oleh satu sama
lainnya. Semua golongan menyatakan bahwa jalan mereka yang paling baik dan
benar.Mereka berperang atas klaim kebenaran itu? Dari sinilah kita akan
melihat fakta lainnya bahwa jalan yang benar bukanlah milik satu golongan.
Jalan yang benar adalah jalannya orang-orang yang diberikan NIKMAT Tuhan.
Parameternya sangat jelas sekali.
Manusia yang mampu merasakan kenikmatan yang di anugrahkan Tuhan atas dirinya,
maka dia telah menempuh jalan yang BENAR. Kenikmatan yang diberikan Tuhan
akanmembawa manusia bersyukur. Syukur inilah yang akan membawa mansuia kepada
KEPUASAN hidup. Kepuasan hidup akan menjadi bagian dari KESEMPURNAAN. Manusia
akan di SEMPURNA kan JIWA nya. Rangkaian inilah yang patut di pahami kita.
Sekali lagi, jalan hidup (DIEN)
dari orang-orang yang diberikan nikmat Tuhan inilah jalan yang benar, yang
harus ditempuh manusia dalam mencari kesempurnaan, yaitu jiwa tenang, puas dan
ridho. Jiwa ini akan menempati makom yang disimbolkan dengan Nun (N). Jiwa
inilah yang menjadi cahaya penerang (rahmat) bagi alam semesta. Karenanya hanya
jalannya orang-orang inilah, yang akan menghantarkan manusia kepada hakekat
KEPUASAN hidup. Kepuasan hidup menjadi parameter KESEMPURNAAN jiwa. Jiwa yang
sempurna adalah jiwa yang dalam setiap desah nafasnya merupakan NIKMAT baginya.
Jika kemudian ada nikmat yang ditambahkan selain nafas, maka bertambahlah rasa
syukur mereka. Inilah sebuah jalan, sebuah laku spiritual.
Pertanyaannya, seperti apakah
jalannya orang-orang yang diberikan nimat Tuhan? Apakah jalan tersebut bisa
diikuti olehkita manusia masa kini yang penuh dengan problematika duniawi,
manusia yanghidup di tengah-tengah himpitan pemekaran kota. Bisakah kita
manusia jaman sekarang mendapatkan NIKMAT yang sama sebagaimana orang-orang
terdahulu. Maka menjawab pertanyaan itulah, kajian ini dihantarkan kepada
sidang pembaca.
+++
Ketika manusia akan memilih
jalan-jalan HIDUP disinilah kegamangan terjadi. Benturan kehidupan dalam
realitas memaksa manusia untukberfikir . Manusia akan selalu berhadapan
dengan pilihan (choice) antara keyakinan dan realitas yang mereka hadapi
sehari-hari. Banyak sekali pilihan yang membuat diri mereka gamang. Hukum
paradoks yang berlaku dialam semesta sangat sulit dipahami logika manusia.
Sehingga menjadikan semakin sulitnya manusia menentukan pilihan hidup. Banyak
pilihan yang tidak mereka ketahui kemanakah muaranya telah merisaukan hati
manusia. Manusia akan dihadapkan atas banyak pilihan. Pengajaran inilah yang
sengaja diberikan Tuhan. Manusia dipaksa untuk membuat pilihan. Dan pilihan
yang tidak dilandasi keyakinan yang BENAR akan membawa konsekuensi lain di
dalam jiwa mereka.
Disadari atau tidak manusia tidak
akan pernah SIAP dalam menerima resiko atas pilihan-pilihan mereka sendiri.
Manusia tidak siap untuk menang dan juga tidak siap untuk kalah. Jika menang
manusia akan berlaku jumawa dan jika kalah manusia akan menghiba. Keadaan
Inilah yang sesungguhnya ingin diajarkan kepada manusia. Bahwa menang dan kalah
adalah dualitas yang berpasangan yang akan bergiliran menyambangi setiap jiwa
manusia. Siap atau tidak manusia akan mengalami keadaan dualitas. Sistem alam
semesta di bangun dengan konsepsi ini. Pergiliran akan sellau terjadi pada
dimensi apapun. Dan manusia diminta untuk belajar memahami keadaan hukum
alam ini. Hukum yang disimbolkan dengan Lam (L).
Disisi
lainnya manusia cenderung tidak yakin diri atas pilihan jalan yang ditempuh
oleh mereka. Manusia cenderung berkelompok untuk menyakinkan diri mereka.
Mereka akan merasa lebih tenang jika ada kawan yang memiliki pemahaman yang
sama dengan mereka. Mereka merasa nyaman jika berkelompok, walaupun mereka tahu
bahwa mungkin saja keyakinan kelompoknya salah. Manusia cenderung malas untuk
memikirkan kemungkinan tersebut. Hal ini disebabkan manusia tidak berani
mengambil resiko jika terjadi kesalahan. Manusia selalu mengandalkan orang lain
yang berada di depan. Oleh karena itulah sangat sulit bagi manusia keluar dari
‘mainstream’ Keadaan inilah yang sering menjebak manusia itu
sendiri.
+++
Jalan
hidup , mengapa manusia harus mencari jalan? Bukankah ‘Manusia tidak
pernah memilih HIDUP,’ tahukah bahwasanya ‘HIDUP’ itu bukanlah pilihan?’ Tidak
ada satupun makhluk di alam semesta ini mau menerima amanah HIDUP ini. Hanya
manusia yang mau menerima amanah HIDUP. Itulah persoalannya. Sang HIDUP
lah yang kemudian memilih manusia sebagai SAKSI atas HIDUP yang diberikan-Nya.
Maka oleh karenan sebab itu, untuk keperluan menjadi saksi maka manusia
diberikankemampuan MERASA. Kemampuan merasa inilah yang menjadi potensi BESAR
manusia. Melalui kemampuan inilah manusia menjadi HIDUP. Hidup untuk
merefleksikan kehendak TUHAN atas peradaban para makhluk-Nya (SIN).Rangkaian
ini menjadi sulit dipahami, sebab kemudian manusia mengangkangi kemampuan
MERASA ini menjadi miliknya.
Tiada
pilihanmanusia atas HIDUP yang diberikan. Hidup adalah sebuah keadaan yang
mampu merasakan segala sesuatu. “Mampu merasa menjadikan manusia HIDUP
.“ Inilah hakekat maka manakala manusia salah memilih
RAHSA , dirinya akan selalu KESULITAN dalam memaknai HIDUP itu sendiri. Manusia
menjadi gamang atas tujuan hidupnya sendiri. Manusia sulit menemukan VISI dan
MISI hidupnya. Mereka akan selalu kebingungan saat ditanyakan hakekat
hidupnya. ‘Untuk apa dia hidup?’ Sangat sedikit manusia yang
pahami untuk apa drinya di ciptakan. Untuk apa dirinya hidup. Keadaan ini,
menjadi muara kegamangan manusia atas HIDUP itu sendiri. Hidup menjadi GUGATAN
tersendiri. Pada gilirannya manusia merasakan hidup bagi dirinya hanyalah
KESENGSARAAN atau SAMSARA saja.
+++
Karena itu kemudian manusia mencoba
mempelajari HIDUP. Manusia mencoba memahami hakekat hidupnya melalui
serangkaian penalaran dan juga perasaannya. Seluruh kemampuan manusia
dikerahkan untuk memahami hakekat itu. Misteri ini menjadi sebuah pekerjaan
besar manusia di setiap peradaban. Rangkaian pemikiran, penalaran dan juga
perasaan di eksplorasi, semua tidak lain untuk menjelaskan atas misteri
penciptaan manusia.
Menjawab
pertanyaan; ”Untuk apakah manusia diciptakan?”Untuk apa manusia
harus HIDUP jikahanya derita dan siksa. Dimanakah keadilan Tuhan manakala
manusia dilahirkan ada yang miskin dan ada yang kaya. Semakinbertanya, semakin
sakit jiwa terasanya. Akal tak mampu menjawab semua tanya ini. Muncul
pertanyaan, “Adakah Tuhan meminta persetujuan dari kita? Jika
kehidupan di dunia inibegitu nelangsa, bukankah lebih baik kita tidak usah di
lahirkan saja? Begitu senantiasa kita senantiasa bertanya.
Sampai datangnya petunjuk Tuhan
yang menciptakan manusia itu sendiri. Ada diantara manusia yang masih lurus
hatinya, mencoba memahami petunjuk yang dihadirkan dalam hatinya.
Manusia-manusia ini mencari jalan-jalan untuk memahami hakekat penciptaan
dirinya. Manusia-manusia inilah yang disadarkan atas hakekat siapa dirinya.
Manusia kemudian paham bahwa sebuah kepastian bagi dirinya adalah penciptaan
atas diri manusia yang keberadaannya diliputi oleh ruang dan waktu bumi (BA).
Itulah TAKDIR diri nya. Kelahiran memang tidak pernah diminta oleh manusia.
Tuhan tidaklah pernah
meninggalkan manusia dalam keadaan sengsara. Tuhan telah menugaskan kepada Kami
(HA) untuk mengajarkan kepada jiwa manusia. Tinggal maukah manusia menerima
pengajaran dari H. Manusia akan diajari nama-nama benda. Siapkah manusia
belajar? Itulah pertanyaannya. Manusia diminta mempelajari benda-benda angkasa,
mempelajari apa saja, mempelajari makrokosmos (LAM) dan mikrokosmos (LAM), baik
yang real maupun yang ghaib. Manusia diminta mengenal seluruh makhluk yang
diciptakan Allah (SIN). Manusia diminta mengenal ruang dan waktu (BA). Maka
rangkaian pembelajaran ini menjadi sebuah methodology yang di simbolkan dengan.
BA-SIN-MIM-LAM-LAM-HA
(Bismilllah)
Manusia diminta memepelajari
hukum-hukum yang berlaku atas perputaran alam semesta. Manusia diminta
mempelajari aturan dan ukuran yang menyusun setriap makhluk-Nya, mulai dari
debu, senyawa, sampai kepada organisme hidup dan berjiwa (SIN). Manusia juga di
minta mempelajari hukum energy dan cahaya yang menyebabkan alam ini tercipta.
Melalui pengamatan sistem dan ukuran inilah manusia sedikit demi sedikit mampu
memahami untuk apakah dirinya diciptakan. Sebab manusia akan paham hakekat
keberadaannya di alam semesta ini. Semua yang disampaikan ini adalah
urusan-urusan (Ro) dari Ha untuk kesempurnaan Mim, agar mampu
bertransformasi menjadi Nun.
RO-HA-MIM
(RO-HA-MIM)-NUN
Jika disatukan maka methodology
pengajaran jiwa manusia menjadi “BISMILLAH HIROHMAN NIROHIEM”
+++
Manusia ketika lahir harus
dihadapkan kepada realitas keadaan masyarakat dan juga alamnya. Kerasnya
belantara kota, kerasnya persaingan antar manusia, membuat diri setiap manusia
kehilangan orientasi arah kehidupan. Belumlagi instalasi kesadaran yang
dilakukan oleh kesadaran kolektif. Kebencian dan permusuhan antar golongan yang
di instal. Dogma surga dan neraka. Dan banyak lagi yang lainnya. Kesemuanya ini
akanmembuat gamang jiwa manusia saat harus mengambil keputusan jalan mana yang
akan diambilnya.
Manusia menyaksikan tingkah polah
manusia lainnya, manusia menyaksikan harta, tahta, wanita. Manusia merasakan
kepedihan, kehilangan, kesakitan, ketakutan. Manusia merasakan kenikmatan,
ketenangan, kebahagiaan. Manusia memikirkan semua itu. Setiap diri manusia
kemudian berusahamenjawab mengapa dirinya tidak sama dengan manusia lainnya?
Manusia kemudian mencari cara dan jalan agar dirinya bisa sama dengan
manusia lainnya. Begitulah rangkaian kesadaran yang terbangun dan menjadi
minset manusia.
Pemahaman dan orientasi manusia
selalu diarahkan kepada apa-apa yang dilihatnya dengan indranya. Kemewahan akan
dinilai sebagai tolak ukur kenikmatan. Kehilangan akan dijadikan parameter
kesedihan. Kekuasaan akan dinilai sebagai parameter kepuasaan. Kesaktian
akan dinilai sebagai kekautan. Kekuatan akan dinila sebagai parameter
kekuasaan. Dan lain sebagainya. Banyak sekali manusia menggunakan parameter
pengujian berdasarkan anggapannya sendiri.Parameter inilah yang justru (telah)
menjebak manusia kepada rangkaian siklus kehidupan dan kematian. Kesedihan dan
kesengsaraan. Rangkaian siklus KARMAPALA. Minset manusia itu sendirilah
yang kemudian menciptakan keadaan realitas manusia itu sendiri. Inilah
ironinya.
Kajian
kali ini akan menyoroti problematika tersebut dari sudut pandang kajian simbol.
Sebuah rangkaian pemahaman baru yang diusung untuk memberikan wawasan
terbarukan kepada kesadaran manusia. Kajian ini dihantarkan sebagai pembanding
atas pemahaman lain sebagai referensi dalam khasanah keilmuan manusia. Inilah
kajian sebuah jalan yaitu sebuah JALAN KEHIDUPAN (DIEN) atas diri manusia,
menjawab sebuah pertanyaan, “Kemanakah muaranya muasal kejadiaan dan
keadaan atas penciptaan hidup dan kehidupan manusia?”
Wolohualam :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar