Jumat, 05 Desember 2014

Jalan Kehidupan-Dien (1)

Share By. ARIF BUDI UTOMO

Kajian ini dimaksudkan untuk menambah khasanah keilmuan. Kembali ingin disampaikan bahwa kajian ini (hanya) untuk memudahkan pemahaman atas  jalan IHSAN. Sebagai upaya diri untuk menambah ke IMAN an dari keimanan yang sudah ada. Agar kita mampu menjalankan syariat ISLAM dalam keyakinan yang utuh. Semoga.
+++
Mengupas kembali pemahaman memasuki rangkain demi rangkaian pembelajaran. Mencoba memadukan pesan-pesan  pada simbol-simbol yang terbaca pada al qur an.  Menjawab pertanyaan“Kemanakah muaranya jalan kehidupan manusia?” Sebuah rangkain siklus alam semesta, siklus yang hadir dalam pemahaman manusia. Di mulai dari siklus rantai makanan, siklus air dan hujan, siklus oksigen dan karbondioksida, dll. Hingga siklus kelahiran dan kematian. Adalah sebuah rangkian siklus KEHIDUPAN. Siklus yang sepertinya terus menjadi misteri peradaban dan  tak pernah usai di gali. Peradaban demi peradaban, kelahiran demi kelahiran, kematian demi kematian. Generasi silih berganti, dan setiap manusia terlahir dengan pertanyaan yang sama.Tidak peduli apa warna kulit mereka.
Saat mana manusia mempertanyakan hakekat kehidupannya. Di saat itulah banyak pilihan pemahaman, dan banyak jalan-jalan yang ditawarkan,  disamping  juga banyak pemikiran yang  menjadi pilihannya. Pilihan yang selalu menimbulkan persoalan tersendiri. Pemahaman manusia atas kehidupan yang mengacu kepada pemikiran manusia melalui logika dan rasionalitas  telah melahirkan kutub-kutub  pertentangan. Penggunaan parameter yang salah dalam mengukur hakekat HIDUP telah menjebak minset manusia. Ketika keadaan ini terjadi manusia kemudian sulit keluar dari ‘Box’.  Menjadikan manusia gamang sendiri manakala dihadapkan kepada pilihan-pilihan HIDUP nya.
Persoalannya adalah bagaimanakah keadaan manusia saat menentukan pilihan jalan hidup, apakah dalam KEYAKINAN ataukah dalam KERAGUAN? Persoalannya adalah jalan manakah yang paling baik? Manusia akan selalu mempertanyakan kebenaran jalan yang ditempuh oleh satu sama lainnya. Semua golongan menyatakan bahwa jalan mereka yang paling baik dan benar.Mereka  berperang atas klaim kebenaran itu? Dari sinilah kita akan melihat fakta lainnya bahwa jalan yang benar bukanlah milik satu golongan. Jalan yang benar adalah jalannya orang-orang yang diberikan NIKMAT Tuhan.
Parameternya sangat jelas sekali. Manusia yang mampu merasakan kenikmatan yang di anugrahkan Tuhan atas dirinya, maka dia telah menempuh jalan yang BENAR. Kenikmatan yang diberikan Tuhan akanmembawa manusia bersyukur. Syukur inilah yang akan membawa mansuia kepada KEPUASAN hidup. Kepuasan hidup akan menjadi bagian dari KESEMPURNAAN. Manusia akan di SEMPURNA kan JIWA nya. Rangkaian inilah yang patut di pahami kita.
Sekali lagi, jalan hidup (DIEN) dari orang-orang yang diberikan nikmat Tuhan inilah jalan yang benar, yang harus ditempuh manusia dalam mencari kesempurnaan, yaitu jiwa tenang, puas dan ridho. Jiwa ini akan menempati makom yang disimbolkan dengan Nun (N). Jiwa inilah yang menjadi cahaya penerang (rahmat) bagi alam semesta. Karenanya hanya jalannya orang-orang inilah, yang akan menghantarkan manusia kepada hakekat KEPUASAN hidup. Kepuasan hidup menjadi parameter KESEMPURNAAN jiwa. Jiwa yang sempurna adalah jiwa yang dalam setiap desah nafasnya merupakan NIKMAT baginya. Jika kemudian ada nikmat yang ditambahkan selain nafas, maka bertambahlah rasa syukur mereka. Inilah sebuah jalan, sebuah laku spiritual.
Pertanyaannya, seperti apakah jalannya orang-orang yang diberikan nimat Tuhan? Apakah jalan tersebut bisa diikuti olehkita manusia masa kini yang penuh dengan problematika duniawi, manusia yanghidup di tengah-tengah himpitan pemekaran kota. Bisakah kita manusia jaman sekarang mendapatkan NIKMAT yang sama sebagaimana orang-orang terdahulu. Maka menjawab pertanyaan itulah, kajian ini dihantarkan kepada sidang pembaca.
+++
Ketika manusia akan memilih jalan-jalan HIDUP disinilah kegamangan terjadi.  Benturan kehidupan dalam realitas memaksa manusia untukberfikir . Manusia  akan selalu berhadapan dengan pilihan (choice) antara keyakinan dan realitas yang mereka hadapi sehari-hari. Banyak sekali pilihan yang membuat diri mereka gamang. Hukum paradoks yang berlaku dialam semesta sangat sulit dipahami logika manusia. Sehingga menjadikan semakin sulitnya manusia menentukan pilihan hidup. Banyak pilihan yang tidak mereka ketahui kemanakah muaranya telah merisaukan hati manusia. Manusia akan dihadapkan atas banyak pilihan. Pengajaran inilah yang sengaja diberikan Tuhan. Manusia dipaksa untuk membuat pilihan. Dan pilihan yang tidak dilandasi keyakinan yang BENAR akan membawa konsekuensi lain di dalam jiwa mereka.
Disadari atau tidak manusia tidak akan pernah SIAP dalam menerima resiko atas pilihan-pilihan mereka sendiri. Manusia tidak siap untuk menang dan juga tidak siap untuk kalah. Jika menang manusia akan berlaku jumawa dan jika kalah manusia akan menghiba. Keadaan Inilah yang sesungguhnya ingin diajarkan kepada manusia. Bahwa menang dan kalah adalah dualitas yang berpasangan yang akan bergiliran menyambangi setiap jiwa manusia. Siap atau tidak manusia akan mengalami keadaan dualitas. Sistem alam semesta di bangun dengan konsepsi ini. Pergiliran akan sellau terjadi pada dimensi apapun. Dan manusia diminta untuk belajar  memahami keadaan hukum alam ini. Hukum yang disimbolkan dengan Lam (L).
Disisi lainnya manusia cenderung tidak yakin diri atas pilihan jalan yang ditempuh oleh mereka. Manusia cenderung berkelompok untuk menyakinkan diri mereka. Mereka akan merasa lebih tenang jika ada kawan yang memiliki pemahaman yang sama dengan mereka. Mereka merasa nyaman jika berkelompok, walaupun mereka tahu bahwa mungkin saja keyakinan kelompoknya salah. Manusia cenderung malas untuk memikirkan kemungkinan tersebut. Hal ini disebabkan manusia tidak berani mengambil resiko jika terjadi kesalahan. Manusia selalu mengandalkan orang lain yang berada di depan. Oleh karena itulah sangat sulit bagi manusia keluar dari ‘mainstream’  Keadaan inilah yang sering menjebak manusia itu sendiri.
+++
Jalan hidup , mengapa manusia harus mencari jalan?  Bukankah ‘Manusia tidak pernah memilih HIDUP,’ tahukah bahwasanya ‘HIDUP’  itu bukanlah pilihan?’  Tidak ada satupun makhluk di alam semesta ini mau menerima amanah HIDUP ini. Hanya manusia yang mau menerima amanah HIDUP. Itulah persoalannya. Sang  HIDUP lah yang kemudian memilih manusia sebagai SAKSI atas HIDUP yang diberikan-Nya. Maka oleh karenan sebab itu, untuk keperluan  menjadi saksi maka manusia diberikankemampuan MERASA. Kemampuan merasa inilah yang menjadi potensi BESAR manusia. Melalui kemampuan inilah manusia menjadi HIDUP. Hidup untuk merefleksikan kehendak TUHAN atas peradaban para makhluk-Nya (SIN).Rangkaian ini menjadi sulit dipahami, sebab kemudian manusia mengangkangi kemampuan MERASA ini menjadi miliknya.
Tiada pilihanmanusia atas HIDUP yang diberikan. Hidup adalah sebuah keadaan yang mampu merasakan segala sesuatu. “Mampu merasa menjadikan manusia HIDUP .“ Inilah hakekat maka manakala manusia salah memilih RAHSA , dirinya akan selalu KESULITAN dalam memaknai HIDUP itu sendiri. Manusia menjadi gamang atas tujuan hidupnya sendiri. Manusia sulit menemukan VISI dan MISI hidupnya. Mereka akan selalu kebingungan saat ditanyakan hakekat hidupnya. ‘Untuk apa dia hidup?’ Sangat sedikit manusia yang pahami untuk apa drinya di ciptakan. Untuk apa dirinya hidup. Keadaan ini, menjadi muara kegamangan manusia atas HIDUP itu sendiri. Hidup menjadi GUGATAN tersendiri. Pada gilirannya manusia merasakan hidup bagi dirinya hanyalah KESENGSARAAN atau SAMSARA saja.
+++
Karena itu kemudian manusia mencoba mempelajari HIDUP. Manusia mencoba memahami hakekat hidupnya melalui serangkaian penalaran dan juga perasaannya. Seluruh kemampuan manusia dikerahkan untuk memahami hakekat itu. Misteri ini menjadi sebuah pekerjaan besar manusia di setiap peradaban. Rangkaian pemikiran, penalaran dan juga perasaan  di eksplorasi, semua tidak lain untuk menjelaskan atas misteri penciptaan manusia.
Menjawab pertanyaan; ”Untuk apakah manusia diciptakan?”Untuk apa manusia harus HIDUP jikahanya derita dan siksa. Dimanakah keadilan Tuhan manakala manusia dilahirkan ada yang miskin dan ada yang kaya. Semakinbertanya, semakin sakit jiwa terasanya. Akal tak mampu menjawab semua tanya ini. Muncul pertanyaan, “Adakah Tuhan meminta persetujuan dari kita?  Jika kehidupan di dunia inibegitu nelangsa, bukankah lebih baik kita tidak usah di lahirkan saja?  Begitu senantiasa kita senantiasa bertanya.
Sampai datangnya petunjuk Tuhan yang menciptakan manusia itu sendiri. Ada diantara manusia yang masih lurus hatinya, mencoba memahami petunjuk yang dihadirkan dalam hatinya. Manusia-manusia ini mencari jalan-jalan untuk memahami hakekat penciptaan dirinya. Manusia-manusia inilah yang disadarkan atas hakekat siapa dirinya. Manusia kemudian paham bahwa sebuah kepastian bagi dirinya adalah penciptaan atas diri manusia yang keberadaannya diliputi oleh ruang dan waktu bumi (BA). Itulah TAKDIR diri nya. Kelahiran memang tidak pernah diminta oleh manusia.
Tuhan tidaklah pernah meninggalkan manusia dalam keadaan sengsara. Tuhan telah menugaskan kepada Kami (HA) untuk mengajarkan kepada jiwa manusia. Tinggal maukah manusia menerima pengajaran dari H. Manusia akan diajari nama-nama benda. Siapkah manusia belajar? Itulah pertanyaannya. Manusia diminta mempelajari benda-benda angkasa, mempelajari apa saja, mempelajari makrokosmos (LAM) dan mikrokosmos (LAM), baik yang real maupun yang ghaib. Manusia diminta mengenal seluruh makhluk yang diciptakan Allah (SIN). Manusia diminta mengenal ruang dan waktu (BA). Maka rangkaian pembelajaran ini menjadi sebuah methodology yang di simbolkan dengan.
BA-SIN-MIM-LAM-LAM-HA (Bismilllah)
Manusia diminta memepelajari hukum-hukum yang berlaku atas perputaran alam semesta. Manusia diminta mempelajari aturan dan ukuran yang menyusun setriap makhluk-Nya, mulai dari debu, senyawa, sampai kepada organisme hidup dan berjiwa (SIN). Manusia juga di minta mempelajari hukum energy dan cahaya yang menyebabkan alam ini tercipta. Melalui pengamatan sistem dan ukuran inilah manusia sedikit demi sedikit mampu memahami untuk apakah dirinya diciptakan. Sebab manusia akan paham hakekat keberadaannya di alam semesta ini. Semua yang disampaikan ini adalah urusan-urusan (Ro) dari  Ha untuk kesempurnaan Mim, agar mampu bertransformasi menjadi Nun.
RO-HA-MIM                                                       (RO-HA-MIM)-NUN
Jika disatukan maka methodology pengajaran jiwa manusia menjadi “BISMILLAH HIROHMAN NIROHIEM”
+++
Manusia  ketika lahir harus dihadapkan kepada realitas keadaan masyarakat dan juga alamnya. Kerasnya belantara kota, kerasnya persaingan antar manusia, membuat diri setiap manusia kehilangan orientasi arah kehidupan. Belumlagi instalasi kesadaran yang dilakukan oleh kesadaran kolektif. Kebencian dan permusuhan antar golongan yang di instal. Dogma surga dan neraka. Dan banyak lagi yang lainnya. Kesemuanya ini akanmembuat gamang jiwa manusia saat harus mengambil keputusan jalan mana yang akan diambilnya.
Manusia menyaksikan tingkah polah manusia lainnya, manusia menyaksikan harta, tahta, wanita. Manusia merasakan kepedihan, kehilangan, kesakitan, ketakutan. Manusia merasakan kenikmatan, ketenangan, kebahagiaan. Manusia memikirkan semua itu. Setiap diri manusia kemudian berusahamenjawab mengapa dirinya tidak sama dengan manusia lainnya?  Manusia kemudian mencari cara dan jalan agar dirinya bisa sama dengan manusia lainnya. Begitulah rangkaian kesadaran yang terbangun dan menjadi minset manusia.
Pemahaman dan orientasi manusia selalu diarahkan kepada apa-apa yang dilihatnya dengan indranya. Kemewahan akan dinilai sebagai tolak ukur kenikmatan. Kehilangan akan dijadikan parameter kesedihan.  Kekuasaan akan dinilai sebagai parameter kepuasaan. Kesaktian akan dinilai sebagai kekautan. Kekuatan akan dinila sebagai parameter kekuasaan. Dan lain sebagainya. Banyak sekali manusia menggunakan parameter pengujian berdasarkan anggapannya sendiri.Parameter inilah yang justru (telah) menjebak manusia kepada rangkaian siklus kehidupan dan kematian. Kesedihan dan kesengsaraan. Rangkaian siklus KARMAPALA.  Minset manusia itu sendirilah yang kemudian  menciptakan keadaan realitas manusia itu sendiri. Inilah ironinya.
Kajian kali ini akan menyoroti problematika tersebut dari sudut pandang kajian simbol. Sebuah rangkaian pemahaman baru yang diusung untuk memberikan wawasan terbarukan kepada kesadaran manusia. Kajian ini dihantarkan sebagai pembanding atas pemahaman lain sebagai referensi dalam khasanah keilmuan manusia. Inilah kajian sebuah jalan yaitu sebuah JALAN KEHIDUPAN (DIEN) atas diri manusia, menjawab sebuah pertanyaan, “Kemanakah muaranya muasal kejadiaan dan keadaan atas penciptaan hidup dan kehidupan manusia?”

Wolohualam :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar